Anak perempuan pertama yang diharapkan mempunyai perasaan/hati yang berkilau seperti permata
kenaikan dan liburan sekolah sebentar lagi

Rabu, 19 September 2007

FoTo JAduL

Salah satu kegiatan paling disenangi bapakku saat senggang adalah melihat lihat album foto dan aku juga senang ikutan melihat menemaninya, karena dari situ aku mendapat cerita yang banyak tentang keluarga besarku dan masa-masa kecilku.

Karena masih pake kamera analog maka musti pake film,bisa pilih yang khusus hitam putih atau yang berwarna, juga bisa dipilih kapasitasnya untuk 12,24 atau36 photo dengan bermacam2 ISO (?) ada yang 100,200 atau 400.

Setelah dipakai pemotretan film harus di”cuci” atau di”afdruk” baru setelah itu dicetak dikertas photo.Beda dengan jaman sekarang yang sudah memakai kamera digital bisa 3 MP (mega pixel),5 MP,6 MP atau 8 MP, pasang memori card tambahan, tinggal ceprat cepret, kalo kurang suka hasil bidikan bisa dihapus, setelah selesai bisa dicetak atau ditransfer/disimpan aja di CD, trus bila ingin menikmati bisa dengan computer ataupun di pemutar DVD. Simple dan praktis memang.

Kembali ke foto jadul bapakku, ini foto umurnya lebih tua dari umurku lho.

Lha wong sewaktu foto ini dibuat pas bapakku berumur sekitar 4 tahun (tahun 1974), berarti sekarang sudah 33 tahun umur foto ini dan aslinya masih disimpan dengan rapi di album foto bapakku. O..iya..untuk bisa ditampilin disini, maka foto mesti dibuat digital dulu (di-scanning).

Dari cerita bapakku, sangat sangatlah beruntung karena bisa punya kesempatan berfoto, sebab jaman dulu ..... tidak mudah untuk bisa berfoto seperti ini, sebab biayanya yang lumayan mahal untuk ukuran saat itu, dan bukan berarti keluargaku dari golongan orang berada, hanya pas-pas-an saja, tetapi mungkin dari keinginan dan motivasi dari Eyang Kakung (Akung) biar suatu saat nanti memang ada kenangannya.

Aduh...mulia banget ya hati Eyang Kakung dan Mbah Uti-ku yang di Solo.

Tentang isi foto adalah yang di berdiri di belakang dari kiri ke kanan, Lik Surip (ini adalah yang momong bapak dan budhe pakdhe berlima), Mbah Uti, Mbah Akung.

Yang berdiri di kiri : Pakdhe Nunug (Solo, 2), yang duduk kiri Budhe Wanti (Jakarta,3), tengah Bapakku (Tangerang,5, duduk kanan Budhe Atik (Bogor,4) dan yang berdiri kanan Budhe Tiwik (Solo,1). Bapakku adalah anak paling bontot dari 5 bersaudara.

Ya..begitu dech ceritanya, semoga meskipun keluargaku berpencar-pencar (pepatah orang Jawa : kumpul ora kumpul sing penting mangan) tetap rukun selamanya.

Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar